Halaman

Label

Jumat, 10 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 6


Setelah sarapan, aku pergi keluar rumah dengan alasan ingin menghirup udara segar. Lagipula apa bagusnya terus-terusan berada di rumah terkutuk itu. Aku berjalan keluar bersama bonekaku yang menurut ibuku sangat menyeramkan.

Setelah beberapa meter dari rumah, aku langsung berbisik pada bonekaku,  “Sudah aman, Mira. Aku yakin wanita itu tidak akan mengikuti kita.” Dan tiba-tiba bonekaku bergerak sendiri.


“Untunglah! Sekarang kita bisa leluasa berbicara,” kata bonekaku. “Sekarang aku ingin bertanya padamu, Mira. Apa kepentingan ibumu mau ke rumahku?” tanyaku. “Oh, aku memanggilnya sebagai perantara aku dan kamu. Lagipula ibuku kan paranormal, jadi dia bisa membantumu,” kata Mira.

“Apa itu tidak membahayakan ibumu, Mira?” tanyaku. “Tidak, dia yang bilang sendiri akan membantu. Kalaupun dia mati karena hal ini dia akan senang karena bisa bersamaku,” kata Mira

“Aku merasakan aura wanita itu disini. Lebih baik bersikaap biasa, Sarah. Agar dia tidak curiga,” kata Mira. Dan tiba-tiba ada orang menyentuh pundakku. Jantungku berhenti berdetak karena takut. Orang yang menyentuh pundakku lalu berkata, “Sarah, kamu sedang apa?” Suara yang ku kenal. Ternyata itu adalah ibuku.

“Eh… oh… tidak apa-apa, bu! Hanya melihat-lihat pemandangan saja,” kataku. “Oh, kalau begitu kita cepat pulang ya! Sudah mulai gelap,” kata ibuku.

Aku menuruti kata ibuku dan langsung berjalan menuju rumah. Sesampainya di rumah, aku melihat ada seseorang berada di meja makan, seorang anak perempuan. Ketika kudekati dia, dia tertawa terkekeh-kekeh. Dan dengan perlahan dia menunjukkan wajahnya.

Wajah yang rusak, pucat, dan seperti ada bekas silet, rambut kusut dan panjang, dan berkuku panjang. Dia tersenyum padaku, “Hai, Sarah! Selamat datang!”

Aku langsung berteriak kencang dan langsung pingsan. Ketika aku sadar, aku berada di dalam kamarku. Kamarku menjadi sangat dingin dan sangat sunyi. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki di loteng.

Mendengar suara itu aku langsung menutupi tubuhku kecuali mataku untuk melihat kalau ada sesuatu. Plafon kamarku terbuka sedikit dan keluar sesosok wanita berwajah pucat dan berambut panjang merangkak turun dan berjalan ke arah tempat tidurku.

Aku sama sekali tidak bisa bergerak dan berteriak. Badanku gemetar melihat wanita itu semakin dekat ke arahku. Wanita itu menunjukkan wajahnya, mulutnya terjahit, matanya putih semua dan mengeluarkan darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar