Halaman

Label

Selasa, 07 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 5


Ibuku kaget melihatku ngos-ngosan setelah berlari dari pemakaman menuju rumah, “Ada apa? Kamu seperti dikejar sesuatu,” tanya ibuku. Aku dengan nafas ngos-ngosan berusaha menjelaskan, “Ibu, kita harus cepat pergi dari rumah ini. Rumah ini berbahaya, bu! Kita harus cepat pergi dari rumah ini.”

Ibuku bingung melihatku, “Kenapa kita harus pergi? Apa maksudmu? Ibu sama sekali tidak mengerti,” kata ibuku. “Pokoknya kita harus cepat keluar dari rumah ini sebelum wanita itu menguasai ibu,” kataku.


Ibuku semakin bingung dengan perkataanku, “Ibu sama sekali tidak mengerti apa maksudmu. Lebih baik kamu cepat masuk dan istirahat. Kamu terlihat lelah sekali,” kata ibuku dengan lembut.

Ibuku sama sekali tidak mengerti, bahkan tidak peduli dengan peringatanku. Aku dengan terpaksa masuk ke dalam kamarku dan beristirahat. “Apa yang harus kita lakukan, Mira? Tolonglah aku dan ibuku!” kataku memohon. “Tenanglah, Sarah! Segala sesuatu itu ada waktunya. Kita harus menunggu saat yang tepat,” kata Mira.

Aku sangat tidak sabar menunggu, “Tapi kapan itu, Mira?” tanyaku. “Kau akan mengetahuinya nanti,” kata Mira sambil tersenyum.

Aku dan Mira terus memperhatikan keadaan ibuku. Karena jika lengah begitu saja, nyawa ibuku bisa terancam.

Suatu malam, saat aku sedang tidur aku bermimpi berada di sebuah tempat yang kosong dan sangat terang. Aku melihat ada sosok anak perempuan. Sosok yang sangat aku kenal dan merupakan sahabat terbaikku. “Mira, aku sangat kangen kepadamu,” kataku sambil memeluknya haru. “Aku juga kangen padamu, Sarah,” kata Mira.

“Tapi, kita tidak punya banyak waktu, wanita itu semakin kuat dan aku hanya bisa berbicara dengan tenang padamu saat kamu tidur,” kata Mira melepas pelukanku. “Tapi, kenapa begitu?” tanyaku bingung. “Wanita itu mengetahui rencana kita, kita hanya bisa berbicara dengan leluasa di dalam mimpi karena wanita itu tidak pernah tidur,” jawab Mira.

“Itu berarti aku tidak bisa berbicara denganmu lagi? Tapi bagaimana aku bisa melawannya tanpamu?” tanyaku. “Tenang saja, meskipun kita tidak bisa bercakap-cakap aku masih bisa membantumu,” kata Mira tersenyum. “Sekarang kau harus pergi sebelum dia tahu kita ada disini,” lanjutnya.

Tiba-tiba cahaya di sekelilingku hilang seperti tersedot, begitu pula dengan Mira. Aku hanya sendiri dengan kegelapan. Dan ketika sadar aku berada di dalam kamar.

Apa yang bisa aku lakukan jika aku tidak berbicara dengan Mira? Bagaimana caraku menyelamatkan ibuku? Aku menatap bonekaku yang sedang tersenyum ke arahku.

Kulihat ibuku sedang memasak di dapur, “Selamat pagi!” kata ibuku sambil tersenyum. “Selamat pagi, bu! Ibu kelihatan ceria sekali, ada apa?” tanyaku. “Teman ibu mau datang kesini, kamu ingat bu Mia?” jawab ibuku sambil bersenandung ceria. “Oh, aku ingat! Tetangga lama kita, kan?” kataku. “Kamu benar, sayang! dia katanya kangen dengan kamu, makanya dia ingin ke rumah kita,” kata ibuku.

Ada keperluan apa ya bu Mia ke rumah? Apa dia ada keperluan dengan ibu? Aku mencium keanehan setelah mendengar kabar kedatangan bu Mia, ibu dari Mira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar