Halaman

Label

Sabtu, 04 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 3


Aku terlalu mengantuk untuk mendengar suara bonekaku yang begitu aneh. Akupun tertidur pulas. Dan boneka itu terus tersenyum.

Esok pagi mukaku masih sangat pucat. Mungkin karena banyak kejadian di rumah ini hingga membuatku pusing. Di meja makan ibu sedang menyiapkan sarapan. “Selamat pagi, Sarah! Kenapa kamu begitu pucat?” Tanya ibuku dengan lembut. “Hanya lelah bu,” kataku sekenanya.


“Kamu yakin tidak apa-apa?” ibuku masih bertanya seakan sangat ingin tahu. Aku menjawab dengan sedikit kesal, “Kenapa ibu tidak membuang boneka ini? Aku kan sudah meminta kepada ibu untuk membuangnya.” Ibuku kaget dengan perkataanku, tapi langsung dijawab dengan tenang, “Ibu sudah membuangnya kok! Mungkin kamu sendiri yang mengambilnya.”

Aku semakin kesal pada ibuku, “Ya sudah, aku saja yang membuangnya sendiri.” Aku lalu berlari ke tempat sampah dan melempar boneka itu ke tong sampah. Aku semakin stres, aku merasa kesal pada semuanya. Ibuku, bonekaku, dan rumah ini sangat aku benci. Ada apa dengan rumah ini?

Untuk menyegarkan pikiran aku mambaca buku di kamar. Tapi, saat aku baru membuka halaman dan duduk, aku mendengar suara lagi, “Sarah… jangan takut padaku. Jangan kesal kepadaku. Aku hanya ingin melindungimu.”

Suara itu sangat familiar di telingaku. Tiba-tiba aku teringat kepada sahabatku, Mira, sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku hanya bisa menangis terisak mendengar suara itu. Tapi, ketika aku membuka mataku, aku melihat bonekaku dihadapanku. Aku tersentak hingga jatuh dari kursi.

“Kenapa kau selalu menggangguku? Apa maumu? Tinggalkan aku sendiri,” aku berteriak sambil menutup mata. Ketika aku membuka mata, kulihat bonekaku semakin dekat denganku. Aku takut dan mundur selangkah demi selangkah. Dan boneka itu tiba-tiba berbicara, ”Sarah, apa kau melupakanku? Apa karena kepindahanmu kamu jadi melupakanku?”

Mataku terbelalak, suara itu… suara Mira. Tapi, itu tidak mungkin. Mira sudah meninggal. “Kenapa? Kaget karena aku masih ada disini?” boneka itu berkata dengan suara seperti tertawa. “Tapi, kamu sudah meninggal dan pergi dengan tenang,” aku memberanikan bertanya.

Mata boneka itu berputar dan berkata, “Oh ya, aku memang sudah meninggal. Tapi, rohku tidak mati. Saat mengetahui kamu tinggal disini, aku masuk ke dalam bonekamu.” Tapi, aku masih tidak percaya, “Tapi, hal itu tidaklah mungkin. Kalau kau meninggal ya sudah.”

“Bagaimana kalau begini. Rohku ketika dibawa ke alam lain, tetapi tidak jadi dibawa?” kata boneka itu. “Kenapa?” aku semakin bingung. “Karena kita sahabat. Aku dan kamu. Apalagi saat kamu diketahui tinggal di rumah terkutuk ini,jawabnya dengan senyum yang menyeramkan.

Aku mulai menerima apa yang dikatakan bonekaku, atau mungkin sahabatku. Aku mulai terbiasa dengan bonekaku, meskipun ada beberapa hal yang tidak kumengerti. Dan Mira tidak mau menjelaskannya, misalnya seperti ada apa dengan rumah ini.

Aku harus berusaha mencarinya sendiri, bahkan kata Mira aku tidak perlu mencarinya. Karena nanti suatu saat aku akan mengetahuinya. Dan aku hanya berkata, “Aku mempercayaimu, Mira!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar