Halaman

Label

Senin, 06 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 4


Kedekatanku dengan bonekaku –atau Mira- semakin kuat. Apalagi dia selalu menemaniku kapan saja, saat tidur, bermain, makan, dan lain-lain. Ibuku yang melihat kedekatanku dengan bonekaku menjadi heran, “Tumben bonekanya dibawa terus. Kamu kan gak suka boneka itu.”

Aku menjawabnya dengan senyum kecut. Lalu aku berjalan keluar dengan bonekaku -atau Mira-. Sebenarnya aku sedang malas keluar rumah, tapi Mira berkata kepadaku kalau ada yang ingin dia tunjukkan.


Dia membawaku ke sebuah pemakaman tua, makam disana sudah rusak dimakan usia dan terlihat sangat menyeramkan meski masih di siang hari. “Kita dimana, Mira?” tanyaku dengan takut. Mira hanya diam tidak menjawab.

Dan akhirnya kami sampai di sebuah makam. Makam itu sudah sangat tua dan kotor seakan tidak pernah disentuh sekalipun. “Ini adalah makam wanita yang pernah kamu lihat di rumahmu. Apa kamu ingat?” tanya Mira. Tiba-tiba muncul sepintas sebuah wajah yang kutemui di rumah, wajah seorang wanita yang sangat menakutkan.  “Maksudmu, wanita itu dimakamkan disini?” tanyaku merinding.

Dengan wajah dingin Mira berkata, “Benar, dan dia adalah penghuni rumahmu.” Aku bingung akan berkata apa, “Apa maksudmu?” tanyaku bingung. “Dia meninggal karena dibunuh perampok di rumahnya dan mayatnya dan mayat anaknya di sembunyikan di loteng rumahnya. Dan sejak itu dia menghuni rumah itu,” kata Mira. “Tapi kenapa begitu?” tanyaku bingung. “Mayatnya ditemukan enam bulan sejak kematiannya. Dan pembunuhnya belum ditangkap sampai sekarang. Karena itulah dia menggentayangi rumah itu,” jawab Mira. “Kenapa kamu sangat tahu dengan hal ini?” tanyaku. “Yah, aku sedikit berbincang dengannya. Dia memang bukan wanita yang bisa diajak kompromi,” jawab Mira sambil menghela nafas panjang.

Aku menatap nisan makam itu, dan aku sangat kaget melihatnya. “Namanya mirip dengan nama ibuku,” kataku takut. “Akhirnya kau mengerti, Sarah. Wanita itu ingin menguasai tubuh ibumu agar dia bisa hidup kembali,” kata Mira. “Tapi, bagaimana bisa? Maksudku, tidak mungkin hantu mengambilalih tubuh orang,” tanyaku takut. “Bisa saja. Tidakkah kau memperhatikan sikap ibumu yang selalu dingin padamu sejak kepindahanmu?” kata Mira. Aku lalu ingat sikap ibuku memang berubah sejak kami pindah rumah, “Oke, tapi kenapa?” tanyaku. “ Dia ingin hidup kembali, dia ingin kembali jadi manusia,” jawab Mira.

Aku lalu ingat sesuatu, “Bagaimana dengan anaknya? Apa dibiarkan begitu saja?” tanyaku. Dengan tersenyum Mira menjawab, “Coba lihat nisan di sebelahnya!” Aku dengan takut melihat ke nisan di sebelahnya. Jantungku berhenti berdegup begitu melihat namanya. “SARAH?” aku teriak kaget. “Benar, anak itu ingin mengambilalih tubuhmu. Untuk itulah aku disini, untuk menjagamu,” kata Mira tersenyum.

“Tapi, bagaimana dengan penghuni sebelum aku? Kenapa wanita itu tidak mengambil tubuh mereka?” tanyaku. ‘Tiap orang yang tinggal disana, enam bulan setelahnya mereka akan dibunuh. Tapi kamu berbeda karena hanya kamu yang membenci rumah itu. Dan hal itu menjadi peluang wanita itu agar bisa cepat keluar dari rumah itu,” kata Mira.

Aku hanya bisa menangis, kenapa ini bisa terjadi padaku? “Tenang saja, Sarah! Aku akan selalu berada di sampingmu. Aku akan melindungimu. Wanita itu tidak akan bisa mengganggumu,” kata Mira tersenyum. Kata-kata Mira membuatku semangat kembali. “Terima kasih, Mira!’ aku kembali tersenyum. “Sekarang, ayo kita pulang! Kita harus melakukan sesuatu,” kata Mira.

Aku bingung, “Melakukan apa? Untuk apa?” tanyaku. “Kita harus menolong ibumu dan wanita itu sebelum wanita itu sepenuhnya menguasai ibumu,” jawab Mira. Aku mengangguk dan segera berlari kembali ke rumah, “Ibu, tunggu aku! Aku akan menyelamatkanmu!” kataku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar