Halaman

Label

Sabtu, 25 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 11


Dengan takut aku mengambil kotak itu dan sekejap setelah memegang kotak itu aku serasa seperti berpindah ke suatu tempat. Tempat yang sangat asing dan menakutkan.

Ternyata aku berada di kamar. Tapi kamar itu berbeda dengan kamarku. Tempat tidur, lemari, meja, semuanya terlihat asing. Dan sebuah suara mengejutkanku. Suara orang yang ingin masuk kamarku.

Rumah Hantu Bagian 10


“Sarah, ada apa?” kata ibuku cemas. Ternyata itu adalah ibuku. Aku menghela nafas panjang untuk menenangkan diri, “Tidak ada apa-apa, bu!” kataku sambil tersenyum paksa.

“Ya sudah, sepertinya kamu lelah. Mungkin karena sering membantu ibu. Kamu istirahat saja,ya!” kata ibuku dengan lembut. Aku merasa tidak enak kepada ibuku, belum melakukan apa-apa sudah istirahat.

Sabtu, 11 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 9


Saat aku mulai melangkah ke halaman, suasana dingin langsung menyergapku. Aku merasa sangat kedinginan sampai ke tulangku. Dan anehnya hanya di halamanku saja suasananya seperti ini.

Tiba-tiba aku punya firasat aneh, dan bulu kudukku merinding. Dan aku bisa mendengar suara nafasku sendiri yang mulai tidak beraturan. Mungkin karena kesunyian yang sangat jelas disini.

Rumah Hantu Bagian 8


Karena aku merasa kasihan pada ibuku, sejak itu aku membantu ibuku membereskan rumah. Aku sama sekali tiidak punya waktu untuk keluar apalagi berbicara dengan Mira. Aku mendapat istirahat hanya pada saat makan dan istirahat.

Sebenarnya aku ingin berhenti, tapi aku merasa sangat kasihan pada ibuku yang terlihat sangat lelah membereskan rumah sendirian.  Aku jadi semakin segan untuk tidak membantu ibu.

Jumat, 10 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 7


Wanita itu terus tertawa setiap dia melangkah ke arah tempat tidurku. Ketika dia mencapai tempat tidurku, dia menangkap kakiku dan sontak kakiku membeku terkena tangannya yang dingin. Aku langsung berteriak, “AAA……..”

Dan wanita itu telah menghilang…

Rumah Hantu Bagian 6


Setelah sarapan, aku pergi keluar rumah dengan alasan ingin menghirup udara segar. Lagipula apa bagusnya terus-terusan berada di rumah terkutuk itu. Aku berjalan keluar bersama bonekaku yang menurut ibuku sangat menyeramkan.

Setelah beberapa meter dari rumah, aku langsung berbisik pada bonekaku,  “Sudah aman, Mira. Aku yakin wanita itu tidak akan mengikuti kita.” Dan tiba-tiba bonekaku bergerak sendiri.

Siapa Bibi Mia?


Namaku Nur, ibuku menamakanku begitu karena menurutnya aku adalah cahaya hidupnya. Setidaknya itulah menurut dia. Meskipun nyatanya aku seperti anak buangan karena jarang bertemu orang  tuaku sendiri.

Kedua orang tuaku bekerja. Ayahku bernama Iman, dia memiliki perusahaan yang cukup terkenal. Dan ibuku, Ayu,  memiliki butik pakaian yang cukup tersohor di kota kami, Bandung. Karena itulah mereka sibuk dan tidak punya waktu denganku. Hidupku hanya bersama pengasuhku sejak kecil. Karena itulah aku dekat dengan pengasuhku. Segala sesuatu yang kuminta pasti diberikan olehnya. Aku merasa bahwa dia lebih cocok jadi ibuku.

Selasa, 07 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 5


Ibuku kaget melihatku ngos-ngosan setelah berlari dari pemakaman menuju rumah, “Ada apa? Kamu seperti dikejar sesuatu,” tanya ibuku. Aku dengan nafas ngos-ngosan berusaha menjelaskan, “Ibu, kita harus cepat pergi dari rumah ini. Rumah ini berbahaya, bu! Kita harus cepat pergi dari rumah ini.”

Ibuku bingung melihatku, “Kenapa kita harus pergi? Apa maksudmu? Ibu sama sekali tidak mengerti,” kata ibuku. “Pokoknya kita harus cepat keluar dari rumah ini sebelum wanita itu menguasai ibu,” kataku.

Senin, 06 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 4


Kedekatanku dengan bonekaku –atau Mira- semakin kuat. Apalagi dia selalu menemaniku kapan saja, saat tidur, bermain, makan, dan lain-lain. Ibuku yang melihat kedekatanku dengan bonekaku menjadi heran, “Tumben bonekanya dibawa terus. Kamu kan gak suka boneka itu.”

Aku menjawabnya dengan senyum kecut. Lalu aku berjalan keluar dengan bonekaku -atau Mira-. Sebenarnya aku sedang malas keluar rumah, tapi Mira berkata kepadaku kalau ada yang ingin dia tunjukkan.

Sabtu, 04 Juni 2011

Rumah Hantu Bagian 3


Aku terlalu mengantuk untuk mendengar suara bonekaku yang begitu aneh. Akupun tertidur pulas. Dan boneka itu terus tersenyum.

Esok pagi mukaku masih sangat pucat. Mungkin karena banyak kejadian di rumah ini hingga membuatku pusing. Di meja makan ibu sedang menyiapkan sarapan. “Selamat pagi, Sarah! Kenapa kamu begitu pucat?” Tanya ibuku dengan lembut. “Hanya lelah bu,” kataku sekenanya.

Rumah Hantu Bagian 2


Aku langsung membawa boneka itu keluar tanpa memperhatikan wajahnya lagi. Kulihat ibu sedang memasak di dapur. “Pagi! Apa yang kamu bawa, Sarah?” kata ibuku. “Bukan apa-apa. Ibu, bisakah ibu membuang boneka ini?” kataku sambil menunjukkan boneka itu tanpa melihat boneka itu, aku masih ketakutan pada boneka itu. “Untuk apa dibuang, sayang? Bukankah boneka itu masih bagus?” kata ibuku dengan suara lembut. “Pokoknya buang aja, ma!” dan aku langsung meletakkan boneka itu di samping ibu.

Rumah Hantu Bagian 1


"Ibu, haruskah kita pindah rumah?" kataku sambil cemberut. Jelaslah aku kesal, aku harus meninggalkan kampung halaman tercintaku. Apalagi yang lebih parahnya aku pindah pada saat sahabat terbaikku meninggal karena leukemia dan tidak sempat melawatnya. Aku sangat sedih sekali tiap mengingat itu.

“Sabarlah Sarah, kamu nanti juga senang tinggal disini,” kata ibuku sambil tersenyum. Aku semakin kesal pada ibu dan langsung berlari ke dalam rumah. Aku lalu menangis di kamar baruku yang meskipun lebih luas dari kamar lamaku dan berada di lantai 2 tetap tidak kusuka.